Perkembangan masif teknologi digital di seluruh dunia turut membawa Indonesia pada era revolusi industri 4.0. Transformasi menuju era ini makin dapat dirasakan di berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pada sektor usaha ekonomi. Perkembangan ekonomi digital memungkinkan munculnya model-model bisnis baru yang dapat meningkatkan pengalaman pelanggan (customer experiences) karena kegiatannya yang makin efisien dan responsif terhadap kebutuhan pasar.
Laporan McKinsey bertajuk “Unlocking Indonesia’s Digital Opportunity” menyebut bahwa meskipun menghadapi sejumlah tantangan, potensi pengaruh perkembangan teknologi digital terhadap perekonomian Indonesia sangatlah besar. Digitalisasi diprediksi akan memberi dampak sebesar 150 miliar USD hingga tahun 2025, dengan serapan tenaga kerja baru sebesar 3,7 juta jiwa. Indonesia pun termasuk negara dengan pertumbuhan startup tercepat di dunia. Data startupranking.com menunjukkan bahwa startup Indonesia tumbuh dari 1.400 usaha pada 2017 menjadi 2.100 usaha pada Juni 2019 sehingga menempatkannya pada urutan kedua se-Asia dan urutan kelima dunia.
Situasi di atas tentunya merupakan hal yang terlalu besar untuk diabaikan. Pertanyaannya, sejauh mana pertumbuhan ekonomi digital yang pesat di Indonesia telah berdampak pada peningkatan kualitas hidup manusia? Berkenaan dengan hal tersebut, The SMERU Research Institute menyelenggarakan bincang media bertajuk “Pertumbuhan Ekonomi Digital yang Berkualitas” pada Kamis, 15 Agustus 2019 di Hotel Le Meridien, Jakarta.
Secara umum, kegiatan ini bertujuan untuk:
- memetakan situasi, potensi, dan tantangan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dari sudut pandang inklusivitas dan dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup manusia;
- mendiskusikan arah kebijakan dan strategi pemerintah dalam mendorong dan mengawal kemajuan ekonomi digital yang berkualitas; dan
- menyebarluaskan diskursus tentang pertumbuhan ekonomi digital yang berkualitas di era revolusi digital.
Acara ini menghadirkan pembicara yang kompeten dan relevan dengan topik pertumbuhan ekonomi digital, di antaranya Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP., MS., Ph.D. (Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian PPN/Bappenas), Ir. Widjajanti Isdijoso, M.Ec.St. (Direktur The SMERU Research Institute), Astrid Kusumawardhani, M.Sc. (VP Public Affairs Gojek), dan Dr. Bagus Takwin, M.Hum. (Peneliti Senior Lembaga Demografi Universitas Indonesia).
Dalam presentasinya, Bapak Teguh Sambodo menyampaikan bahwa arah kebijakan untuk pengembangan ekonomi digital 2020–2024 tertuang dalam prioritas nasional ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas. Tantangan kemajuan digital 4.0 dan digitalisasi adalah mempersiapkan SDM (termasuk bagaimana vokasi ditingkatkan dan agar kurikulum pendidikan mengadopsi kurikulum berbasis digital) dan meningkatkan infrastuktur dalam rangka menyediakan layanan internet dan listrik yang memadai.
Ketidakmerataan akses internet sebagai infrastuktur dasar dalam pembangunan ekonomi digital masih menjadi hambatan utama yang harus ditangani untuk pembangunan ekonomi digital yang lebih inklusif dan berkualitas. Hal tersebut disampaikan oleh Widjajanti Isdijoso dalam presentasinya yang berjudul “Perkembangan Digital untuk Siapa?” Sementara itu, pemerintah dapat memanfaatkan peluang yang sudah ada, yaitu meningkatnya kepemilikan telepon genggam sebagai alat untuk mengakses internet. Data menunjukkan bahwa kepemilikan telepon genggam sudah meningkat, baik di perkotaan maupun perdesaan, dan pada semua kelompok pendapatan. Sebagian besar pengguna sudah memanfaatkan akses internet untuk media sosial. Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan penggunaan telepon genggam dan internet untuk kepentingan produktif.
Terkait kebijakan, SMERU merekomendasikan agar pemerintah mempercepat pengembangan internet stabil di daerah tertinggal, serta memberikan insentif pada perusahaan swasta yang memasang jaringan di tempat yang terpencil dan penduduknya lebih sedikit. Pada saat yang sama, pemerintah perlu membangun literasi digital di kalangan masyarakat berpendidikan rendah agar mereka dapat memanfaatkan internet.
Menurut Astrid Kusumawardhani (VP Public Affairs Gojek), sebagai perusahaan startup yang mendorong ekonomi digital lebih inklusif, Gojek menerapkan tiga strategi berikut agar teknologi dapat diakses oleh banyak orang.
- Mengembangkan teknologi yang mudah digunakan dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat, yaitu superapp untuk pengemudi yang dapat meningkatkan produktivitas mitra pengemudi, superapp untuk konsumen yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan superapp untuk UMKM yang dapat meningkatkan omzet dan skala usaha.
- Meningkatkan kesejahteraan para mitra Gojek dengan memberikan manfaat ekonomi dari teknologi Gojek.
- Peningkatan kualitas SDM dengan memberikan pelatihan yang bersertifikasi agar dapat meningkatkan kemampuan mitra.
Pernyataan dari Astrid dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi, Universitas Indonesia yang berjudul “Pengalaman dan Faktor yang Membangun Well-being (Kebahagiaan) Para Mitra Gojek”. Dr. Bagus Takwin, M.Hum. (Peneliti Senior Lembaga Demografi Universitas Indonesia) menyebutkan lima faktor yang menunjukkan dampak Gojek terhadap kualitas hidup mitra Gojek, yaitu:
- Gojek menyediakan beberapa jenis pekerjaan yang sesuai dengan mitra,
- Gojek memberikan keleluasaan (otonomi) bekerja pada para mitra,
- Gojek memfasilitasi hubungan sosial yang kuat di antara para mitra dan pihak eksternal,
- Gojek memberikan apresiasi kepada para mitra, dan
- Gojek memfasilitasi mitra sehingga mereka merasa bahwa pekerjaan mereka membantu orang lain.
Kunjungi situs web SMERU untuk mengakses materi seminar, seperti dokumen presentasi (.pdf) dan video seminar, melalui tautan berikut: http://smeru.or.id/id/digiecon.
Untuk melihat dokumentasi foto acara seminar, kunjungi halaman Facebook The SMERU Research Institute (https://www.facebook.com/SMERUInstitute/).