Waktu itu saya masih fresh graduate yang sedang menunggu wisuda. Saya membaca ada lowongan pustakawan di mailing list internal kampus.
Saya mencoba melamar ke SMERU dengan harapan mendapatkan pengalaman dan pendapatan yang jauh lebih baik. Kebetulan sebelumnya saya menyambi bekerja sambil berkuliah.
Waktu itu yang ada di benak saya adalah SMERU merupakan lembaga penelitian yang mungkin di dalamnya berisi orang-orang yang amat serius, mirip seperti suasana di LIPI. Namun, ternyata saya menemukan suasana kerja yang santai tetapi cerdas. Saya banyak belajar dari rekan-rekan untuk bekerja dengan sepenuh hati tetapi efesien dan teliti, plus dengan suasana hati yang senang dan santai.
Di SMERU semua anggota lembaga terasa sangat setara. Saya menyaksikan bagaimana direktur dapat mengobrol lepas dengan office boy dan seluruh staf lainnya. Kami pun terbawa dalam semangat kesetaraan itu. Salah satu pengalaman terbaik saya untuk bisa bergabung sebagai bagian dari keluarga besar SMERU.
Salah satu peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah ketika SMERU kehilangan Mbak Wina, seorang peneliti muda yang cerdas dan ceria. Detik-detik ketika Mbak Wina mengalami koma terasa sangat kelabu di kantor. Saat kami rapat untuk membagi jadwal jaga di RS, ternyata Mbak Wina berpulang. Saat itu semua staf menangis karena masing-masing memiliki memori tersendiri bersama beliau.