Ketiga pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden Indonesia dalam Pemilu 2024, Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, telah menyampaikan visi dan misi mereka. Artikel ini mengulas visi dan misi para paslon terkait pemuda dan ketenagakerjaan berdasarkan analisis data terkini dan temuan penelitian SMERU.
Ekspektasi SMERU
Sekitar lima tahun ke depan, Indonesia diramalkan akan mencapai puncak bonus demografi, yaitu saat struktur kependudukannya didominasi oleh kelompok usia produktif, termasuk pemuda [1]. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia memiliki 64,16 juta pemuda, atau sekitar 23,18% dari total penduduk pada 2023. Jika kita mampu berinvestasi secara efektif untuk membangun pemuda yang jumlahnya demikian besar ini, pemuda berpeluang menjadi aktor di garda terdepan dalam mewujudkan kemajuan perekonomian Indonesia, perbaikan demokrasi serta stabilitas bangsa ke depan.
Peningkatan kualitas individu pemuda perlu mendapat perhatian
Kapasitas individu pemuda, khususnya pada aspek pendidikan dan kesehatan, masih belum ideal. Saat ini hampir setengah (49%) pemuda Indonesia berpendidikan SMP atau lebih rendah. Tidak heran jika tingkat pengangguran terbuka (TPT) pemuda masih berada di angka 13,41% pada tahun 2023, dua kali lipat lebih tinggi dari TPT nasional. Selain itu, satu dari empat pemuda di Indonesia (25,8%) pada 2023 tidak sedang bekerja, tidak sedang menempuh pendidikan, dan tidak sedang mengikuti pelatihan (not in employment, education or training atau NEET), dan angka ini tidak berubah signifikan selama satu dekade terakhir [2]. Artinya, mereka tidak produktif secara ekonomi. Kondisi ini harus menjadi alarm bagi Indonesia agar potensi pemuda yang menjadi bonus demografi tidak berbalik menjadi beban demografi.
Penguatan kapasitas individu pemuda dalam aspek kesehatan juga perlu disoroti, khususnya kesehatan mental. Beragam fenomena yang timbul akibat kesehatan mental yang buruk semakin bermunculan di media massa, misalnya kejadian bunuh diri, melukai diri sendiri, dan perilaku berisiko lainnya. Sayangnya, statistik resmi dan akurat mengenai kesehatan mental pemuda ini masih belum tersedia secara berkala–padahal penanganan isu ini membutuhkan basis data yang kuat untuk memastikan ketepatan intervensinya. Data kesehatan mental yang paling dekat adalah Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Dalam data tersebut, sekitar 6,1% penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami depresi dan hanya sekitar 9,00% penderita depresi yang menjalani pengobatan medis. Pada masa pandemi COVID-19, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan juga melaporkan peningkatan gangguan kesehatan jiwa ke angka 64,3%. Kesehatan fisik dan mental pemuda adalah penyangga utama dalam rangka menguatkan kapasitas pemuda agar dapat berdaya saing sesuai cita-cita bangsa ke depan.
Pemerintah perlu memprioritaskan penciptaan lapangan kerja berkualitas bagi pemuda
Dari sekitar 35 juta pemuda bekerja, sebesar 44,3% adalah pekerja informal. Tidak hanya itu, sebesar 52% pemuda bekerja masuk dalam kategori pekerja tidak tetap (precarious employment), yaitu yang bekerja bebas, pekerja musiman, memiliki kontrak jangka pendek atau kontrak yang dapat diputus sewaktu-waktu. Pekerja pemuda seperti ini tidak terlindungi oleh perlindungan atau jaminan sosial, padahal mereka sangat rentan untuk masuk ke dalam jurang kemiskinan. Kondisi ini menggambarkan pekerjaan pemuda yang masih belum layak. Ditambah lagi, sebesar 49,9% pemuda yang bekerja sebagai buruh/karyawan masuk dalam kategori low pay rate (LPR) atau berpenghasilan di bawah 2/3 dari median upah. Hal ini menegaskan pentingnya menyoroti isu kelayakan pekerjaan pemuda.
Pasar kerja sebenarnya memiliki kebutuhan pekerja yang besar. Namun, kebutuhan ini belum dapat terpenuhi. Pada 2015, studi McKinsey dan Bank Dunia menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 600.000 orang talenta digital [3] setiap tahunnya. Namun, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu menyuplai sekitar 100.000–200.000 lulusan setiap tahunnya. Padahal, ketersediaan talenta digital berkaitan erat dengan ketersediaan lulusan dari Ilmu sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Akan tetapi, berdasarkan studi ILO (2017), program studi ini masih kalah diminati ketimbang bisnis, pemasaran, dan keuangan. Berdasarkan kalkulasi SMERU dari data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), program studi di Indonesia memang didominasi program studi non-STEM yang mencapai 57%.
Selain itu, kewirausahaan pemuda masih perlu ditingkatkan mengingat jumlah pemuda yang bekerja sebagai wirausaha masih sangat kecil, yakni sebesar 21% dari total pemuda bekerja. Dari sejumlah wirausahawan muda itu pun, hampir 70%-nya adalah mereka yang berusaha sendiri atau pelaku usaha skala sangat kecil (mengandalkan tenaga sendiri, tidak dibantu buruh/karyawan). Usaha dengan skala sangat kecil seperti ini sangat rentan keberlanjutannya–tingkat kesejahteraan mereka pun kemungkinan besar masih relatif rendah.
Visi dan Misi Para Paslon
Semua paslon secara umum memiliki program khusus bagi kelompok pemuda, meskipun tidak ada paslon yang menyebutkan secara eksplisit kelompok usia mana yang termasuk pemuda. Fokus isu kepemudaan ketiga paslon juga cukup seragam, yakni pada sektor ketenagakerjaan pemuda (termasuk mendorong kewirausahaan pemuda) serta peningkatan pendidikan atau keterampilan formal dan nonformal penduduk. Pada isu pendidikan, semua paslon tidak menyebutkan program khusus bagi pemuda. Sebagian kelompok pemuda memang masuk ke dalam kelompok sasaran program peningkatan pendidikan dan keterampilan [4]. Namun, tidak ada paslon yang menempatkan tingkat NEET pemuda dan precarious employment pemuda sebagai indikator target sasaran pembangunan mereka.
Penciptaan Lapangan Kerja Berkualitas Bagi Pemuda
Anies-Muhaimin menargetkan penciptaan lapangan kerja berkualitas melalui penurunan proporsi pekerja di sektor informal dan akan menerapkan upah minimum yang adil dan sesuai dengan kondisi daerah. Namun, tidak ada perincian mengenai lapangan kerja berkualitas yang dimaksud. Misalnya, tidak disebutkan strategi penurunan precarious employment yang dialami pemuda maupun program perlindungan sosial ketenagakerjaan bagi pekerja tidak tetap. Meski demikian, Anies-Muhaimin menyebutkan program kemudahan terhadap akses kredit keuangan bagi pekerja di sektor informal. Dukungan bagi anak muda dan pekerja informal juga difokuskan pada penyediaan hunian layak dan terjangkau yang dekat dengan pusat kota melalui skema sewa terjangkau dan kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi. Khusus dalam pengembangan kewirausahaan pemuda, Anies-Muhaimin menargetkan peningkatan pengusaha muda melalui bantuan permodalan, pelatihan, dan pendampingan, khususnya di sektor industri kreatif, meski tidak secara eksplisit menyebutkan target angkanya.
Prabowo-Gibran juga memberikan perhatian lebih pada pemuda untuk bekerja. Bagi pemuda yang ingin bekerja formal, Prabowo-Gibran ingin memberikan subdisi dan premi asuransi pekerja bagi perusahaan yang menempatkan kelompok usia 18–24 tahun sebagai karyawan tetap. Di sisi lain, Prabowo-Gibran juga memberikan jalan bagi pemuda untuk berkarier sebagai wirausaha. Mereka menjamin akan memberikan pendampingan usaha bagi wirausaha pemuda serta menghapus birokrasi dan regulasi yang menghambat. Bagi wirausaha yang ingin mendirikan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), bantuan, insentif, dan program digitalisasi akan diberikan agar UMKM siap naik kelas. Sementara itu, bagi pemuda yang ingin mendirikan perusahaan rintisan (startup), Prabowo-Gibran akan menyediakan Kartu Usaha Startup untuk pengembangan bisnis baru berbasis teknologi dan inovasi.
Sama halnya dengan Prabowo-Gibran, Ganjar-Mahfud akan memberikan kemudahan bagi pemuda untuk mendirikan usaha. Ganjar-Mahfud akan menyediakan kebijakan afirmasi agar seluruh pemuda yang berwirausaha mendapatkan kemudahan memulai dan mengembangkan usaha. Mereka juga akan menyediakan pendampingan profesional, bahan baku, teknologi, permodalan, hak cipta, pasar, koneksi industri, dan ruang publik, serta memperbanyak infrastruktur creative hub guna mendorong usaha yang dimiliki kelompok pemuda naik kelas. Di sisi lain, pemuda yang ingin berkarier di luar ranah wirausaha juga memiliki kesempatan untuk berkembang. Ganjar-Mahfud akan meningkatkan kesejahteraan buruh dan pekerja melalui kesempatan kerja yang produktif, pekerjaan yang layak, serta perlindungan ketenagakerjaan.
Pengembangan Kualitas Pemuda
Dalam hal penguatan pendidikan formal pemuda, Anies-Muhaimin secara khusus menitikberatkan pada peningkatan wajib belajar 1+12 tahun (dimulai dari PAUD) dan memastikan perluasan penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) agar lebih banyak masyarakat bisa mengakses pendidikan tinggi (kuliah). Dalam hal penguatan pendidikan nonformal, paslon ini akan mulai dengan pemetaan supply dan demand tenaga kerja yang berkolaborasi dengan sektor swasta dan pendidikan untuk memastikan adanya link and match antara kebutuhan dan suplai tenaga kerja, serta membentuk Skill Development Fund untuk mempercepat pelatihan kerja dan mengembangkan profesi dan bisnis. Anies-Muhaimin juga menyebutkan penguatan kualitas manusia di sektor pariwisata dan industri kreatif, yang menjadi target sektor wirausaha muda, melalui pendidikan formal dan nonformal dan budaya magang. Namun, tidak ada penjelasan terperinci mengenai mekanisme pendidikan formal dan nonformal yang dimaksud di sini. Misalnya, apakah dengan menambah lembaga pelatihan kerja pada sektor industri kreatif atau memperbanyak sekolah vokasi bidang industri kreatif.
Prabowo-Gibran memperhatikan hubungan antara pendidikan dan industri serta pengembangan keterampilan tenaga kerja. Mereka akan membenahi kurikulum perguruan tinggi, pendidikan vokasi dan politeknik berbasis riset, inovatif, aplikatif, dan inkubasi yang terhubung dengan industri. Agar kualitas tenaga kerja terus terjamin, pelatihan kerja yang bersertifikasi akan terus dilakukan agar tenaga kerja terus membarui keterampilannya. Selain itu, Prabowo-Gibran juga menjanjikan pemberian beasiswa pendidikan bagi buruh agar mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana hingga doktoral.
Ganjar-Mahfud juga ingin mendukung hubungan yang erat antara pendidikan dan industri serta peningkatan keterampilan kerja. Paslon ini ingin menyambungkan kebutuhan dunia usaha dengan kurikulum pendidikan dan pelatihan, khususnya sekolah vokasi. Di sisi lain, program peningkatan keterampilan akan difokuskan pada beasiswa pendidikan yang nantinya mendukung Indonesia Emas 2045.
Kesehatan Mental Pemuda
Meski tidak secara spesifik menyebutkan permasalahan kesehatan mental pemuda, Anies-Muhaimin memberikan perhatian pada kesehatan mental rakyat secara umum sebagai bagian dari misi mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, berakhlak serta berbudaya. Strategi penanganan kesehatan mental yang diusung paslon ini juga terperinci dan komprehensif, yaitu dengan edukasi pentingnya kesehatan mental di masyarakat untuk menghapus stigma negatif masalah kesehatan mental, membentuk kelompok dukungan sebaya (peer support group), penguatan konselor di fasilitas pendidikan, penambahan ruang publik bagi masyarakat sebagai tempat mengekspresikan diri dan potensi, mendorong konseling kesehatan mental/psikolog di puskesmas dan terintegrasi dengan layanan rumah sakit, serta memperkuat sistem rujukan pelayanan kesehatan jiwa di setiap provinsi.
Sementara itu, dalam misinya, Prabowo-Gibran menyebutkan perbaikan program kesehatan mental agar lebih responsif, menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Namun, strategi atau program yang akan digunakan dalam mengatasi kesehatan mental belum terumuskan secara terperinci dan mendalam.
Ganjar-Mahfud menjabarkan strategi dalam mengatasi isu kesehatan mental melalui dua program. Meskipun demikian, paslon ini memiliki strategi yang lebih konkret untuk menangani isu kesehatan mental ketimbang Prabowo-Gibran. Pertama, Ganjar-Mahfud ingin menyediakan nomor darurat layanan kesehatan mental. Nantinya, nomor ini akan aktif setiap hari (24 jam 7 hari) tanpa memungut biaya layanan. Kedua, mereka juga akan membentuk lembaga komunikasi krisis untuk menangani masalah kesehatan mental secara responsif dan holistis. Nantinya, lembaga ini akan tersedia secara luas di kampus, puskesmas, dan rumah sakit.
Tanggapan terhadap Visi dan Misi Para Paslon
Ketiga paslon menyerukan pentingnya penciptaan lapangan kerja bagi kelompok pemuda
Ketiga paslon juga secara khusus menitikberatkan pada pengembangan ekosistem kewirausahaan pemuda. Program yang ditawarkan cukup seragam, yaitu melalui pemberian modal, insentif, pendampingan, serta kemudahan mengembangkan usaha, termasuk mengembangkan startup. Hal ini sudah sejalan dengan tantangan jumlah kewirausahaan pemuda yang masih rendah di Indonesia. Namun, belum ada paslon yang secara spesifik menyebutkan pendampingan seperti apa yang akan diberikan kepada pelaku usaha pemuda–padahal berbagai program pendampingan dan inkubasi usaha sekarang ini sudah banyak, tetapi masih belum mampu mendongkrak angka kewirausahaan pemuda yang masih rendah. Selain itu, tidak ada paslon yang menyebutkan pendampingan usaha kepada kategori usaha ultra-mikro yang sebenarnya mendominasi lanskap pemuda berwirausaha saat ini.
Fokus peningkatan pekerja sektor formal terlihat konkret pada misi Prabowo-Gibran, yaitu melalui pemberian subsidi dan premi asuransi pekerja bagi perusahaan yang mengangkat kelompok pemuda menjadi karyawan tetap. Strategi konkret terkait formalisasi pekerja ini belum terlihat pada paslon lain. Sementara itu, strategi peningkatan kualitas pekerjaan Anies-Muhaimin terlihat konkret karena menyebutkan kepastian kenaikan upah yang adil bagi pekerja. Anies-Muhaimin juga menitikberatkan misinya dalam menyediakan hunian layak terjangkau yang dekat dengan pusat kota bagi pekerja muda, meskipun poin ini tidak memengaruhi kualitas pekerjaan secara langsung. Sayangnya, tidak ada paslon yang membahas strategi mendalam terkait perluasan program perlindungan sosial bagi pekerja muda di sektor informal dan strategi mengurangi sekaligus melindungi pekerja muda tidak tetap (precarious employment).
Ketiga paslon berencana mengembangkan keterampilan pemuda
Rencana tersebut khususnya melalui pendidikan formal, serta memastikan link and match antara pendidikan dengan industri dengan menjamin kerja sama dan hubungan kurikulum antara instansi pendidikan (perguruan tinggi, pendidikan vokasi, dan politeknik) dan industri. Meski demikian di dalam dokumen visi-misi mereka, belum ada paslon yang memiliki misi spesifik dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas program studi dan lulusan STEM dalam pendidikan formal, maupun strategi meningkatkan talenta digital pemuda di Indonesia yang sangat dibutuhkan saat ini. Misalnya, memberikan insentif bagi pelajar dan program studi khusus STEM. Namun begitu, pasangan Prabowo-Gibran secara khusus menyebutkan strategi memperbanyak program studi STEM dalam rangka memperkuat industri teknologi informasi dalam negeri pada saat debat kelima Capres.
Ketiga paslon kurang memperhatikan pentingnya pengembangan akses dan kualitas pendidikan nonformal, khususnya dalam mengembangkan keterampilan digital pemuda
Ketiga paslon memiliki misi meningkatkan keterampilan pemuda dalam berwirausaha. Bahkan, Prabowo-Gibran sebenarnya memiliki program untuk merevitalisasi BLK. Akan tetapi, revitalisasi BLK akan diarahkan pada kompetensi kriya dan seni kreatif. Alhasil, ketiga paslon sama sekali tidak memprioritaskan pengembangan keterampilan digital di kalangan pemuda melalui jalur pendidikan nonformal berupa pelatihan ini.
Harapan kami, ketiga paslon memastikan perluasan akses pendidikan nonformal, khususnya bagi pemuda, misalnya dengan memperbanyak kerja sama atau kemitraan pelatihan digital antara pemerintah dengan swasta melalui perluasan digital talent scholarship dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) atau pemberian subsidi pelatihan keterampilan digital. Selain itu, penguatan pendidikan nonformal juga dapat dikembangkan melalui penambahan BLK di daerah-daerah, juga revitalisasi BLK pada kompetensi digital atau keterampilan terkini lainnya.
Ketiga paslon memperhatikan isu kesehatan mental
Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud terlihat memiliki strategi yang cukup komprehensif dalam memperbaiki layanan kesehatan mental. Hal ini tidak terlihat pada visi dan misi Prabowo-Gibran. Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud sama-sama berupaya memperkuat layanan kesehatan mental di sekolah, puskesmas, dan rumah sakit—khusus Ganjar-Mahfud juga akan menyediakan nomor darurat layanan kesehatan mental.
Program yang ditawarkan oleh kedua paslon ini dapat mendekatkan layanan kesehatan mental kepada masyarakat. Bahkan, Anies-Muhaimin memiliki misi untuk menghilangkan stigma negatif terkait kesehatan mental melalui edukasi pentingnya kesehatan mental. Stigma negatif kerap menjadi faktor utama seseorang tidak mengakses layanan kesehatan mental. Oleh karena itu, edukasi pentingnya kesehatan mental merupakan langkah penting menangani permasalahan ini. Mereka yang mengalami kesehatan mental sering kali tidak segera mendapatkan penanganan, misalnya tidak diberi cuti oleh atasan, dianggap lemah, atau dianggap hanya kurang beribadah.
Walaupun program kesehatan mental yang ditawarkan sudah cukup komprehensif dan ideal dalam menyasar pemuda, khususnya pemuda yang bersekolah, ketiga paslon juga perlu mempertimbangkan kesehatan mental bagi para pemuda yang bekerja, khususnya bagi mereka yang berstatus sebagai pekerja kantoran atau buruh. Kelompok ini cenderung rentan terhadap gangguan kesehatan mental akibat, misalnya, tuntutan pekerjaan, lembur, dan minimnya waktu bersama keluarga. Penyediaan layanan kesehatan mental atau kelompok dukungan sebaya juga dapat diarahkan untuk tersedia di kantor dan pabrik sehingga para pekerja dapat segera mendapatkan penanganan kesehatan mental yang cepat dan tepat.
Penutup
Berdasarkan telaahan kami, ketiga paslon belum secara spesifik menyasar isu pemuda NEET dan pemuda pekerja tidak tetap (precarious employment) yang masih menjadi momok permasalahan pemuda saat ini. Isu pemuda ditekankan pada program penciptaan lapangan kerja dan berbagai skema dan insentif untuk mengembangkan kewirausahaan pemuda, tetapi misi yang ditawarkan belum terlihat konkret. Misalnya, belum ada paslon yang memiliki misi menguatkan pendidikan nonformal seperti memperbanyak dan merevitalisasi BLK, memberikan insentif pelatihan bagi kelompok muda, maupun memberikan jaminan perlindungan sosial ketenagakerjaan, khususnya bagi pemuda pekerja informal dan pekerja tidak tetap ini.
Ketiga paslon juga belum menawarkan strategi pembangunan pemuda yang bersifat holistis, yaitu yang dimulai dengan menyasar penguatan kapasitas individu pemuda melalui peningkatan akses pendidikan, baik formal dan nonformal, dan perbaikan kondisi kesehatan fisik dan mental pemuda, serta peningkatan partisipasi pemuda dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk menjamin pemuda memiliki pekerjaan yang layak di industri ataupun di sektor publik. Namun demikian, semua paslon memiliki strategi yang serupa, khususnya terkait mengembangkan kewirausahaan pemuda melalui berbagai skema dan insentif berwirausaha bagi pemuda.
[1] Menurut UU No. 40/2009 tentang Kepemudaan, pemuda adalah penduduk yang berusia 16–30 tahun.
[2] Angka NEET pemuda sebesar 27,2% pada tahun 2011.
[3] Menurut Coursera, talenta digital mengacu pada pihak-pihak yang bekerja di bidang teknologi, khususnya teknologi informasi, digitalisasi, analitik, dan otomasi, serta yang membantu mentransformasi organisasi ke pendekatan digital.
[4] Program pendidikan yang menyasar usia 16 - 24 tahun akan menyasar kelompok pemuda juga.