Program Padat Karya Jaring Pengaman Sosial

Pemantauan, Evaluasi, dan Pembelajaran

Sebagai bagian dari strategi Jaring Pengaman Sosial yang selama ini dicanangkan pemerintah untuk membantu masyarakat terkena dampak krisis paling parah, banyak program yang kemudian dibentuk, salah satunya adalah dengan membuka lapangan kerja sementara. Program inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Padat Karya. Jika program ini memang merupakan jalan keluar yang efektif untuk menyalurkan bantuan dana kepada mereka yang paling membutuhkan, kita harus benar-benar memastikan bahwa program ini telah memiliki ketepatan mekanisme demi menjamin pencapaian target yang akurat, penyaluran dana bantuan yang cepat dan dapat dipercaya, dan menghindarkan jatuhnya dana bantuan tersebut kepada orang yang tidak berkepentingan. Semua pihak tampaknya setuju bahwa kesuksesan program membutuhkan transparansi pada tiap tahap pelaksanaan, pertanggung-jawaban yang benar, dan cara untuk memastikan bahwa masyarakat tingkat lokal telah diberi bimbingan yang benar mulai dari aspek perencanaan hingga implementasi tiap-tiap proyek.

Salah satu program yang sedang digalakkan oleh BAPPENAS adalah PDM-DKE yang belakangan ini menjadi sorotan publik dan topik utama di berbagai media massa. Hal ini tidak mengherankan, karena PDM-DKE adalah program yang luar biasa ambisius untuk menyalurkan bantuan dalam jumlah besar dan hanya dalam waktu singkat kepada hampir seluruh wilayah di Indonesia. Dalam edisi buletin kali ini, kami mengulas singkat penilaian tim SMERU terhadap tahap awal pelaksanaan program tersebut, berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di tiga belas lokasi berbeda di empat propinsi. Sebagai bahan perbandingan, kami juga memasukkan artikel mengenai Program Padat Karya dipandang dari berbagai aspek: gambaran program bantuan Bank Dunia atas bencana kekeringan dengan menggunakan pendekatan program, dan laporan pemantauan oleh LSM serta partisipasinya dalam program JPS di salah satu propinsi, Nusa Tenggara Barat.

Banyak hal yang muncul di media massa pada minggu-minggu terakhir, melaporkan kasus-kasus kekurangan gizi di berbagai wilayah di Indonesia, khususnya yang berdampak pada anak kecil. Kami juga menaruh perhatian besar pada berbagai laporan mengenai kesulitan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga miskin yang tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan akan protein dan makanan padat-gizi, seperti telur, sebagai bagian dari makanan sehari-hari. Akan tetapi data yang akurat dan dapat dipercaya adalah satu hal penting yang dibutuhkan untuk membuktikan kebenaran laporan tersebut. Di bagian ‘data’ pada edisi ini, Anda dapat membaca ringkasan temuan penting yang baru-baru ini dilaksanakan oleh Helen Keller International, suatu badan riset kesehatan mendunia, yang mengungkapkan penurunan mengkhawatirkan pada status gizi wanita dan anak-anak miskin di dua daerah perkotaan, lokasi yang selama ini telah diketahui terkena dampak krisis paling parah. Ini hanya merupakan temuan awal, tetapi telah menunjukkan kecenderungan menggelisahkan dengan implikasi kebijaksanaan yang penting untuk pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan badan-badan penyandang dana.

Bagikan laman ini

Penulis 
John Maxwell
Hariyanti Sadaly
Sri Kusumastuti Rahayu
Gary Swisher
Penulis
John Maxwell
Hariyanti Sadaly
Sri Kusumastuti Rahayu
Gary Swisher
Kata Kunci 
jaring pengaman sosial (JPS)
padat karya
dampak krisis
Tipe Publikasi 
Terbitan Berkala
Ikon PDF Download (281.5 KB)