Selama beberapa bulan terakhir ini masalah subsidi bahan bakar minyak (BBM) telah menjadi isu penting dalam diskusi-diskusi mengenai perekonomian nasional setelah pemerintah Indonesia mempertimbangkan pro dan kontra pengurangan atau pencabutan subsidi BBM sepenuhnya. Kira-kira bagaimana reaksi masyarakat luas bila subsidi BBM dicabut? Bila terjadi kenaikan harga BBM yang cukup tinggi, lalu apa dampak sosial dan dampak ekonominya, terutama bagi mereka yang miskin dan masyarakat yang selama ini selalu terpinggirkan? Langkah strategi apa yang bisa diambil oleh pemerintah untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan?

Edisi buletin kita kali ini melaporkan tentang beberapa penelitian SMERU terakhir yang berkaitan langsung dengan pertanyaan-pertanyaan di atas. Kelompok data analisis menyajikan beberapa temuan menarik mengenai siapa yang betul-betul menikmati manfaat subsidi minyak tanah. Kami juga melaporkan secara cukup rinci beberapa inisiatif jangka pendek pemerintah yang diambil pada tahun lalu untuk membantu keluarga miskin dalam menghadapi kenaikan harga bahan bakar. Setelah penelitian di lapangan selesai, Tim SMERU menyiapkan memo yang ditujukan kepada beberapa departemen pemerintah dan instansi-instansi terkait mengenai temuan utama penelitian tersebut. Hasil penelitian tersebut juga disampaikan dalam seminar SMERU pada awal bulan April yang mengundang diskusi hangat diantara para peserta. Karena isu subsidi bahan bakar masih akan terus menjadi topik pembicaraan - apalagi baru-baru ini pemerintah mengumumkan akan menaikkan harga BBM sekitar pertengahan bulan Juni - kami yakin edisi ini akan bermanfaat dan mengajak pembaca memikirkan tentang beberapa isu lainnya yang relevan