Kepergian seorang sahabat sering kali terlalu cepat, tiba-tiba. Begitulah yang saya rasakan ketika mendengar kabar pada dini hari Sabtu, 19 Februari lalu, bahwa Gregory Churchill telah berpulang.
Pak Greg, demikian beliau biasa disapa, telah menjadi salah satu pembina (trustees) SMERU sejak lembaga penelitian ini berdiri pada 2001. Dapat dibayangkan, sudah berapa banyak suka duka kami rasakan bersama selama lebih dari dua dasawarsa.
Saya diperkenalkan kepada Pak Greg oleh Ibu Suzanne Siskel, Country Representative Ford Foundation, pada tahun 2000. Saat itu, kami sedang mencari anggota badan pembina dalam rangka mendirikan SMERU. Sejak perkenalan itu, saya sangat terkesan akan pengetahuan dan keahlian beliau, kecintaannya kepada Indonesia, dan upayanya untuk berkontribusi bagi kemajuan masyarakat Indonesia.
Dengan latar belakangnya sebagai seorang advokat, beliau berperan penting dalam membantu kami menyiapkan berbagai persyaratan legal untuk membangun sebuah lembaga penelitian. Sejak itu, dalam setiap kehadirannya pada rapat Pembina, Pengawas dan Pengurus, masukan beliau selalu lugas, objektif, dan membangun, terutama agar SMERU selalu menjaga fokus untuk mempertahankan kualitas penelitian serta independensinya.
Kami sebagai peneliti selalu diingatkan untuk berpikir kritis dan analitis. Selain itu, beliau selalu mendorong agar penelitian kami membawa dampak pada perbaikan kehidupan masyarakat Indonesia. Beliau adalah pendukung SMERU yang berdedikasi, dalam cara yang sederhana, tetapi penuh warna dan tawa.
Pada rapat Pembina, Pengawas dan Pengurus SMERU terakhir lalu, beliau meminta izin untuk mengundurkan diri. Namun, saat itu kami menolaknya dengan halus. Agaknya beliau sudah punya firasat. Sungguh sayang, rapat tersebut benar-benar rapat terakhir beliau dengan SMERU. Kami merasa sangat kehilangan sosok Pak Greg.
Dalam konteks lebih luas, seorang indonesianis umumnya didefinisikan sebagai ahli atau peneliti mengenai Indonesia (biasanya berkewarganegaraan asing). Pak Greg melampaui definisi itu. Kiprahnya dalam pembentukan Pusat Dokumentasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan keterlibatannya dalam sejumlah proyek pembaruan hukum di Indonesia, seperti Program Reformasi Hukum dan Peradilan Indonesia-Belanda, termasuk reformasi hukum kepailitan, reformasi pengadilan, serta pembentukan Pengadilan Niaga dan Pengadilan Antikorupsi, menunjukkan betapa banyak dan signifikannya kontribusi beliau untuk negeri ini.
Tak hanya itu, Pak Greg juga merupakan pemerhati dan penggemar seni budaya Indonesia. Aneka rupa wayang koleksinya mengisyaratkan bahwa, dibandingkan dengan kebanyakan orang Indonesia, Pak Greg yang berasal dari Amerika lebih paham tentang wayang. Tak heran, hingga akhir hayatnya beliau masih menetap, bahkan minta dikuburkan, di Indonesia.
Kini saatnya kami melepas seorang sahabat. Sepenuh rasa hormat dan terima kasih kami, selamat jalan, Pak Greg. Beristirahatlah dalam damai. Engkau pasti tersenyum karena telah mengupayakan banyak keutamaan, telah menyelami kebermaknaan akan hal-hal yang bagimu menyenangkan, telah berbuat kebajikan demi kemanusiaan.
Semarang, 16 Maret 2022