Internet sudah menjadi kebutuhan dasar, terutama di kota-kota besar. Ekonomi yang berbasis internet pun memberi warna baru bagi pembangunan dunia, termasuk di Indonesia. Namun, ada keraguan mengenai kontribusi ekonomi digital dalam perekonomian nasional. Hasil analisis data makro yang dilakukan oleh SMERU menunjukkan bahwa meski meningkat secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan pengguna internet belum berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang secara relatif stagnan. Menurut Indeks Internet Inklusif 2020 yang dikeluarkan oleh The Economist Intelligence Unit, Indonesia memiliki beberapa hambatan untuk dapat memanfaatkan secara penuh potensi ekonomi digital untuk perekonomian nasional. Hambatan tersebut antara lain kualitas internet, infrastruktur, literasi digital, dan regulasi pemerintah.
SMERU telah melaksanakan penelitian tentang Ekonomi Digital Inklusif pada Juni 2019–Maret 2020. Studi kebijakan ini diarahkan untuk memberi bukti-bukti berbasis penelitian yang dapat dipakai dalam diskursus kebijakan mengenai ekonomi digital. Pada akhir April 2020, sebuah webinar diselenggarakan untuk mendiseminasikan temuan studi tersebut secara virtual. Dalam webinar ini yang juga didukung oleh Knowledge Sector Initiative (KSI) ini, SMERU mengundang pejabat K/L, perusahaan aplikasi, think tank dan kalangan akademisi sebagai narasumber sehingga acara ini dapat menjadi ruang diskusi para pemangku kepentingan untuk perbaikan ekosistem ekonomi digital.
Pembicara:
1. Ahmad Zuhdi Dwi Kusuma (Peneliti, SMERU)
2. Dewa Ayu Diah Angendari (Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM dan Sekretaris Eksekutif CfDS, UGM)
3. Fajar Aji Suryawan (SPV - Head of Regulatory and Government Relations, PT. Indosat, Tbk)
4. I Nyoman Adhiarna (Direktur Ekonomi Digital, Kementerian Kominfo)
5. Isnavodiar Jatmiko (Deputi Direktur Pelayanan dan Pengembangan Kanal, BP Jamsostek)