Pemerintah Kota Bogor menargetkan terwujudnya misi “Bogor Sehat” sebagai bagian dari visi pembangunan daerah. Upaya ini memerlukan kebijakan kesehatan yang jelas, terarah, dan berbasis data.
Kondisi kesehatan di Kota Bogor masih menghadapi berbagai tantangan. Angka kematian ibu, bayi, dan balita masih tinggi, sementara prevalensi stunting pada 2024 mencapai 21,1%, jauh lebih tinggi dari target nasional 14%. Beban penyakit tidak menular, seperti hipertensi dan diabetes, terus meningkat, sementara penyakit menular, seperti tuberkulosis (TB) dan HIV/AIDS, tetap menjadi ancaman. Isu kesehatan mental juga makin menonjol di wilayah perkotaan. Tingginya kasus keracunan makanan (281 kejadian luar biasa pada 2017–2021) menjadi perhatian khusus, terutama menjelang pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis.
Dengan masalah yang beragam dan kompleks serta keterbatasan sumber daya, Pemerintah Kota Bogor perlu menentukan prioritas agenda kesehatan. Selain itu, diperlukan pemahaman yang lebih jelas mengenai keefektifan kebijakan yang sudah berjalan, celah intervensi yang masih ada, kebutuhan anggaran, serta lokasi prioritas untuk program kesehatan.
Berangkat dari kebutuhan tersebut, SMERU melakukan kajian dalam merumuskan strategi prioritas terkait pengurangan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, pengendalian hipertensi dan diabetes melitus, dan pencegahan masalah depresi. Strategi dirumuskan dalam rencana aksi tahunan yang akan membantu Pemerintah Kota Bogor dalam memetakan kegiatan dan intervensi untuk tiga isu tersebut.
Secara terperinci, penyusunan strategi bidang kesehatan Kota Bogor bertujuan
- menganalisis situasi kesehatan masyarakat Kota Bogor guna mengidentifikasi tantangan dan isu strategis yang perlu ditangani;
- menetapkan indikator pembangunan daerah di bidang kesehatan yang selaras dengan target nasional dan provinsi, serta menganalisis capaian dan target indikator tersebut;
- mengidentifikasi program, kegiatan, dan subkegiatan prioritas yang diperlukan untuk mencapai target pembangunan kesehatan;
- mengkaji kebutuhan anggaran daerah yang mendukung pelaksanaan program dan kegiatan prioritas;
- menyusun rencana aksi tahunan (RAT) yang jelas, termasuk pembagian peran pemerintah daerah dan mitra pembangunan serta penentuan lokasi prioritas intervensi; dan
- membangun sistem pemantauan dan evaluasi yang efektif untuk memastikan implementasi dan keberhasilan program secara menyeluruh.
Kajian ini menggunakan pendekatan campuran (mixed methods) yang memadukan analisis kuantitatif dan kualitatif.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data sekunder, termasuk Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas), Potensi Desa (Podes), serta data laporan rutin dari Dinas Kesehatan Kota Bogor. Analisis ini bertujuan memahami dinamika berbagai isu kesehatan, memetakan kondisi dan target kesehatan masyarakat Kota Bogor, serta mengkaji karakteristik kependudukan dan kewilayahannya.
Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) dengan berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) di Kota Bogor, fasilitas kesehatan (rumah sakit dan puskesmas), dan masyarakat. Metode ini digunakan untuk menggali konteks sosial, budaya, dan ekonomi yang memengaruhi permasalahan kesehatan di Kota Bogor; mengidentifikasi akar isu kesehatan; mencari alternatif pembiayaan; serta menilai keefektifan kebijakan dan program kesehatan yang telah berjalan.

