Indonesia terus berupaya mencapai ketahanan pangan. Salah satu strategi utama pemerintah adalah meningkatkan investasi pada lahan pertanian yang luas dan pengembangan infrastruktur pertanian.
Akan tetapi, harga komoditas hortikultura berfluktuasi karena ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan (Juhandi dan Purba 2021; Novita dkk., 2022). Di sisi lain, agroforestri, dengan potensi manfaatnya bagi petani Sumatra Utara (Sisungkunon dkk., 2022), dapat memberikan peluang kerja yang menjanjikan bagi lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) serta perguruan tinggi jurusan pertanian.
Meskipun kebutuhan swasembada pangan sudah mendesak, pemerintah masih kurang menaruh perhatian pada pengembangan tenaga kerja pertanian yang terampil. Pekerjaan di sektor pertanian terus menyusut, sementara sebagian besar petani saat ini berusia antara 44–78 tahun.
Penelitian membuktikan bahwa keberhasilan sistem pangan berkelanjutan turut ditentukan oleh ketersediaan tenaga kerja terampil (Carlisle dkk., 2019). Sistem pendidikan kejuruan, yang meliputi SMK dan perguruan tinggi jurusan pertanian, dapat menjadi jembatan peralihan dari tenaga kerja manual dengan keterampilan rendah ke pekerjaan pertanian berteknologi tinggi. Syaratnya, kurikulum yang diajarkan harus membekali siswa dengan teknologi terkini yang relevan dengan industri pertanian dan sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja.
Para pemangku kepentingan, baik di dalam maupun luar negeri, termasuk Pemerintah Kerajaan Belanda, telah mengambil langkah-langkah dalam upaya memperbaiki sistem pendidikan kejuruan dan pendidikan tinggi di Indonesia. Mengingat pentingnya keterkaitan antara kualitas pendidikan dan industri, Pemerintah Kerajaan Belanda sedang meninjau kembali pendekatannya terhadap sektor ini agar lebih responsif terhadap kebutuhan pasar dan menghasilkan dampak yang lebih besar.
Tujuan penelitian ini ada tiga.
- Memetakan pemangku kepentingan dan tantangan yang mereka hadapi
Kami mengidentifikasi, menganalisis, dan memetakan tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pemangku kepentingan dalam ekosistem SMK dan perguruan tinggi yang fokus pada hortikultura dan agroforestri berkelanjutan. Secara bersamaan, kami mengevaluasi kondisi pasar tenaga kerja hortikultura dan agroforestri saat ini.
- Memahami sudut pandang generasi muda
Kami ingin memahami pandangan, aspirasi, dan langkah-langkah yang dilakukan pemuda dalam memperoleh keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk bekerja di Sumatra Utara. Selain itu, kami juga mengidentifikasi strategi untuk mempertahankan lulusan SMK serta perguruan tinggi tetap tinggal di Sumatra Utara.
- Merumuskan rekomendasi praktis bagi setiap pemangku kepentingan
Rekomendasi-rekomendasi ini mengusulkan langkah-langkah potensial untuk memperkuat ekosistem SMK dan perguruan tinggi di Sumatra Utara serta mendorong perbaikan sistemis. Rekomendasi ini ditujukan kepada pembuat kebijakan di tingkat regional dan nasional, Pemerintah Belanda, dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Kami melakukan studi pendahuluan untuk menganalisis sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan dan pendidikan tinggi dalam sektor pertanian Indonesia. Data primer dikumpulkan dari pemangku kepentingan utama di Sumatra Utara—akademisi (SMK dan perguruan tinggi), pemerintah, dan industri—yang saling berkaitan dalam membentuk ekosistem SMK dan perguruan tinggi.
Sampel penelitian ditentukan melalui teknik purposive sampling berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan bantuan Kedutaan Besar Belanda, kami telah mengidentifikasi perusahaan hortikultura Belanda dan akan menjajaki kemungkinan kerja sama dengan lembaga pendidikan di daerah.
Kami melakukan wawancara mendalam dengan perwakilan dari SMK dan perguruan tinggi untuk mempelajari keterampilan yang diajarkan, kualitas pengajar, latar belakang siswa, serta tantangan lembaga pendidikan dalam menciptakan tenaga kerja terampil. Selain itu, kami mewawancarai perwakilan dari dinas-dinas terkait seperti pendidikan, pertanian, dan ketenagakerjaan untuk memahami perspektif para pembuat kebijakan.
Kami juga melakukan triangulasi data melalui diskusi kelompok terfokus dengan mahasiswa yang memiliki latar belakang beragam. Variabel yang diperhatikan meliputi status sosial ekonomi, jenis kelamin, lokasi (perdesaan dan perkotaan) serta tempat mereka mengenyam pendidikan–seperti SMK dan perguruan tinggi jurusan pertanian, baik negeri maupun swasta di Sumatra Utara.