Layanan gizi dan kesehatan ibu dan anak (KIA) di Kabupaten Gowa menghadapi berbagai macam persoalan yang menghambat pencapaian target layanan tersebut bahkan sejak masa sebelum pandemi penyakit koronavirus (COVID-19). Sebagai wilayah dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak kedua di Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa menghadapi tantangan baru dalam menyelenggarakan layanan gizi dan KIA pada masa pandemi ini.
The SMERU Research Institute, dengan dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI), melakukan penelitian sepanjang Februari–Maret 2021 untuk mengukur seberapa jauh penurunan layanan gizi dan KIA selama pandemi COVID-19 di Kabupaten Gowa. Penelitian ini terutama menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu wawancara mendalam dengan para ibu, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, kader kesehatan, dan pihak Dinas Kesehatan. Data kuantitatif yang dihasilkan dari analisis data rutin kunjungan ke layanan gizi dan KIA serta survei dalam jaringan (daring) juga digunakan untuk mendukung hasil analisis kualitatif.
Secara garis besar, penelitian ini menemukan penurunan capaian yang bervariasi pada layanan gizi dan KIA di Kabupaten Gowa. Penundaan sementara kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu) pada awal pandemi mengakibatkan layanan kesehatan balita, yakni penimbangan dan imunisasi dasar, mengalami penurunan capaian yang paling besar. Beberapa faktor yang menjadi penghambat bagi ibu untuk mengakses layanan gizi dan KIA pada masa pandemi adalah rasa takut terhadap COVID-19 dan tantangan biaya yang disebabkan menurunnya pemasukan rumah tangga ibu selama pandemi.
Berdasarkan temuan-temuan dalam studi ini, kami mengembangkan tiga catatan kebijakan menurut jenis layanan: (i) layanan kehamilan; (ii) layanan persalinan, bayi baru lahir, dan nifas; serta (iii) layanan kesehatan balita. Secara umum, rekomendasi dalam ketiga catatan kebijakan diarahkan pada peningkatan upaya edukasi bagi ibu dan keluarganya dengan menggunakan pendekatan yang lebih personal. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi melalui program Komunikasi Aman dengan Bidan (Komandan) juga dapat lebih dimaksimalkan untuk menjangkau lebih banyak sasaran, terutama pada masa pandemi COVID-19. Selain itu, peran tokoh masyarakat perlu ditingkatkan agar tercipta lingkungan yang mendukung bagi ibu untuk mengakses layanan gizi dan KIA di fasilitas kesehatan sepanjang kehamilan ibu hingga anaknya berusia lima tahun.