Di tengah urgensi krisis iklim dan kerusakan lingkungan, transisi menuju ekonomi hijau menjadi bagian penting dari pembangunan berkelanjutan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 pun menempatkan penciptaan pekerjaan hijau (green jobs) sebagai salah satu prioritas utama.
Untuk mendukung transisi ini, Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) telah menyusun Peta Okupasi Pekerjaan Hijau yang mencakup lima sektor (pertanian, manufaktur, konstruksi, pariwisata, energi terbarukan) dan lintas sektor. Namun, pekerjaan hijau yang teridentifikasi masih didominasi oleh peran dengan kualifikasi pendidikan tinggi. Pada sektor manufaktur, misalnya, peta ini hanya mencakup pekerjaan dengan jenjang 5 ke atas (pendidikan minimal D-3). Pekerjaan dengan jenjang 4 ke bawah, yang banyak diisi oleh kelompok kelas menengah, belum teridentifikasi, padahal penting bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Karena itu, pemutakhiran Peta Okupasi Pekerjaan Hijau menjadi krusial, terutama untuk sektor padat karya seperti tekstil dan garmen.
Dengan dukungan Open Society Foundation (OSF), SMERU melakukan studi yang berfokus pada subsektor tekstil dan produk tekstil (TPT) untuk memetakan potensi pekerjaan hijau. Subsektor ini menyerap sekitar 3,9 juta tenaga kerja, atau seperlima dari total tenaga kerja manufaktur nasional (diolah dari BPS, 2025). Kinerja ekspor TPT juga menunjukkan surplus, mencapai 11,9 miliar dolar AS pada 2024.
Namun, industri tekstil dan garmen memiliki dampak lingkungan yang besar: memicu deforestasi, menggunakan sekitar 15 triliun liter air per tahun, menghasilkan 1,2 miliar ton emisi gas rumah kaca, dan menyumbang 20% pencemaran air dunia. Karena itu, sektor ini menjadi prioritas dalam RPJMN 2025–2029 untuk pengembangan ekonomi sirkular di sisi hulu.
Studi ini, yang berlangsung pada 2025–2028, akan menghasilkan berbagai laporan, catatan kebijakan, dan kertas kerja yang meliputi tiga area utama.
- Peta jenjang pekerjaan hijau dan keterampilan yang dibutuhkan di subsektor TPT
- Analisis kapasitas lembaga pendidikan dan pelatihan
- Analisis faktor-faktor kunci dalam pengembangan pekerjaan hijau
Seluruh produk pengetahuan tersebut akan diramu menjadi masukan kebijakan bagi pemerintah untuk mempercepat transformasi subsektor TPT menjadi industri hijau yang tangguh dan inklusif.
Proyek penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi kebijakan yang komprehensif untuk
- mendorong penciptaan dan pengembangan pekerjaan hijau yang inklusif di industri tekstil dan garmen;
- mendukung lembaga pendidikan dan pelatihan agar mampu menyiapkan tenaga kerja hijau sesuai dengan kebutuhan industri; serta
- memperkuat ekosistem pekerjaan hijau guna membantu transformasi industri tekstil dan garmen menjadi lebih berkelanjutan dan tangguh.
Karena industri memiliki cakupan yang sangat luas, studi ini berfokus pada satu subsektor agar dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang lebih konkret. Studi ini melihat isu pekerjaan hijau dari tiga sisi:
- Dari sisi permintaan, studi ini menggunakan dan memperbarui Peta Pekerjaan Hijau.
- Dari sisi penawaran, studi ini menilai kapasitas lembaga pendidikan dan pelatihan dalam menciptakan dan mengembangkan tenaga kerja untuk mendukung industri hijau.
- Dari sisi ekosistem, studi ini menelusuri faktor-faktor utama yang mendorong tumbuhnya pekerjaan hijau dan mendukung transisi industri tekstil dan garmen menjadi lebih hijau.
Studi ini menggunakan pendekatan metode campuran yang memadukan metode kualitatif dan kuantitatif.
Komponen kualitatif mencakup telaah dokumen, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus (FGD), dan diskusi konsultatif untuk menganalisis karakteristik pekerjaan hijau, permintaan dan penawaran tenaga kerja hijau, serta ekosistem pekerjaan hijau dalam industri tekstil dan garmen.
Komponen kuantitatif dilakukan melalui survei perusahaan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja hijau di sektor ini. Pengumpulan data dan informasi dilakukan secara daring dan tatap muka.



