Berdasarkan laporan UNICEF (2021), sekitar 80 juta anak Indonesia terkena dampak pandemi COVID- 19 dan lebih dari 25.000 di antaranya menjadi yatim piatu.
Pandemi juga meningkatkan angka putus sekolah anak usia 7–17 tahun karena i) orang tua tidak mempunyai uang untuk membayar sekolah anak (74%), ii) anak tidak berminat sekolah (12%), iii) anak harus bekerja selama krisis ekonomi (2%), dan iv) alasan lainnya (8%).
Jika anak adalah calon pemimpin masa depan, sejauh mana kita telah mendukung mereka dalam menghadapi situasi krisis akibat pandemi COVID-19?
Studi ini mencoba memberi ruang bagi suara anak dan mencatat perspektif mereka untuk memahami kebutuhan anak dalam rangka merespons kebijakan yang berhubungan dengan anak.
Bagaimana pengalaman dan perasaan anak ketika menghadapi COVID-19?