Berbagai survei menunjukkan bahwa warga Jakarta belum memprioritaskan perlindungan terhadap polusi udara.
Polusi udara diketahui memiliki dampak buruk pada kesehatan dan pendidikan. Namun, studi yang mengukur seberapa besar masyarakat di negara berkembang bersedia membayar atau mengeluarkan uang untuk memperbaiki kualitas lingkungannya masih terbatas. Sebagian studi tersebut menunjukkan bahwa perkiraan kesediaan membayar untuk udara bersih cenderung rendah.
Seberapa besar kesediaan rumah tangga membayar atau mengeluarkan uang untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik bisa sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian. Karena tidak mempunyai banyak pengalaman dengan fasilitas lingkungan yang “baik” (udara bersih), rumah tangga mungkin belum mampu menilai dengan tepat berapa harga kualitas udara yang baik itu. Proses pembelajaran dinamis ini menjadi sangat penting dalam membentuk preferensi terhadap udara bersih. Ini menunjukkan bahwa polusi mungkin termasuk dalam kelompok experience goods atau barang yang nilainya baru dapat diketahui setelah “dikonsumsi” atau digunakan.
Dalam studi sebelumnya, SMERU dan The University of Chicago mengkaji efektivitas penyampaian informasi di sekolah-sekolah untuk memicu kesadaran tentang polusi udara dan mencegah dampak negatifnya bagi kesehatan melalui uji coba terkontrol secara acak (randomized control trial).
Berangkat dari temuan tersebut, SMERU melanjutkan kolaborasi penelitian dengan para ahli dari Asian Development Bank Institute, Australian National University, dan University of Chicago untuk menguji dampak teknologi pengelolaan kualitas udara dalam melindungi rumah tangga di Jakarta.
Proyek ini bertujuan membuktikan secara ilmiah apakah udara berkualitas termasuk experience goods yang nilainya dapat diketahui setelah dikonsumsi.
Kami melakukan intervensi penelitian dengan tujuan-tujuan berikut:
- Mencatat kendala-kendala yang dihadapi penduduk Jakarta dalam upaya melindungi diri dan anak-anak mereka dari ancaman polusi udara
- Menetapkan titik awal permintaan masyarakat akan udara bersih (dilihat dari kesediaan membayar alat pembersih udara) dan tindakan perlindungan diri, serta menguji pengaruh intervensi terhadap permintaan/tindakan tersebut
- Mengukur dampak penurunan tingkat polusi udara terhadap kesehatan dan modal manusia–kepada orang tua dan anak–yang meliputi kondisi kesehatan yang dirasakan sendiri, ukuran kesehatan objektif seperti tekanan darah, kemampuan kognitif serta kehadiran dan prestasi anak di sekolah
Didukung oleh Dinas Pendidikan Jakarta, kami menjalankan intervensi acak pada rumah tangga yang di dalamnya terdapat anak sekolah dasar kelas 4 atau kelas 5. Rumah tangga dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok perlakuan (1 dan 2) atau kontrol, untuk menjalani intervensi yang menggunakan komponen informasi, pemantauan kualitas udara, dan penyewaan pembersih udara. Kami berhipotesis bahwa setiap komponen ini akan berdampak pada hasil spesifik yang dapat kami ukur.
Survei awal (baseline) dan akhir (endline) akan dilakukan untuk menilai tiga hasil utama berikut:
- Kesediaan membayar atau mengeluarkan uang untuk menggunakan pembersih udara–sebagai proksi atas nilai pasar atas udara bersih
- Penerapan tindakan perlindungan pribadi seperti memakai masker, mengecek peringatan polusi udara, dan menghindari tempat terbuka ketika polusi tinggi
- Laporan pengukuran kesehatan diri secara mandiri dan obyektif
Laporan kesehatan diri mencakup persepsi tentang dampak kesehatan, gejala yang dialami, diagnosis penyakit, dan riwayat kunjungan rumah sakit. Informasi ini akan digunakan untuk menghitung indeks kesehatan orang tua dan indeks kesehatan anak berdasarkan laporan orang dewasa.