Studi ini adalah bagian dari Program RISE di Indonesia, sebuah program penelitian multinegara berskala besar yang bertujuan mempelajari bagaimana sistem pendidikan di negara berkembang mengatasi krisis pembelajaran dan memastikan proses belajar-mengajar yang lebih baik bagi semua pihak. Studi ini adalah salah satu komponen dalam Reform Area B dengan tujuan memahami dampak kebijakan pendidikan di tingkat kabupaten/kota.
Di antara semua provinsi di Indonesia, DKI Jakarta mengalokasikan anggaran pendidikan terbesar per kapita (Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019). Namun, pelajar di Jakarta bukan yang terbaik dalam hal capaian akademis di Indonesia. Nilai rata-rata literasi dan numerasi siswa SD di Jakarta lebih rendah daripada nilai rata-rata nasional. Hanya terdapat 2,47% siswa di Jakarta yang memiliki kemampuan literasi yang memuaskan, sementara di tingkat nasional terdapat 6,06% siswa yang melampaui nilai ambang batas memuaskan untuk kemampuan literasi. Persentase siswa Jakarta yang memiliki kemampuan numerasi yang baik lebih rendah daripada persentase nasional, yaitu masing-masing 1.44% dan 2.29% (Pusat Asesmen dan Pembelajaran, 2016).
Indikator lain yang mencerminkan permasalahan kualitas pendidikan di Jakarta adalah nilai Uji Kompetensi Guru (UKG). Walaupun Jakarta memiliki proporsi guru dengan gelar universitas tertinggi, nilai rata-rata UKG mereka sangat rendah. Nilai rata-rata UKG guru di Jakarta adalah sekitar 20 poin di bawah persyaratan minimum yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Jakarta, 2019).
- Menelaah bagaimana lembar refleksi dapat mendorong guru untuk terus meningkatkan profesionalisme mereka;
- Memahami bagaimana tipe guru yang berbeda di bawah lingkungan sekolah yang berbeda merespons sistem pengembangan profesionalisme guru (teacher professional development/TPD) yang baru.
Kami mengawali penelitian dengan melakukan studi diagnostik kolaboratif dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk mengidentifikasi permasalahan takefektif sistem TPD. Kami menggunakan metode kualitatif (observasi partisipan, wawancara, diskusi, dan tinjauan dokumen) untuk mengumpulkan dan menganalisis data.