Asesmen ketimpangan merupakan komponen penting yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat yang hidup di kawasan konservasi perairan (KKP), serta keberhasilan pengelolaan KKP. Meskipun demikian, berbagai rancangan, pelaksanaan, hingga pengelolaan KKP belum banyak mempertimbangkan asesmen ketimpangan.
Penelitian ini secara khusus mempelajari dinamika ketimpangan di KK perairan di Indonesia, serta faktor-faktor terkait di tingkat makro maupun mikro. Berikut beberapa fokus penelitiannya:
- Bagaimana sifat dasar ketimpangan dalam masyarakat yang tinggal di KKP (siapa yang tertinggal dan siapa yang diuntungkan dalam berbagai dimensi kesejahteraan)?
- Bagaimana hubungan antara ketimpangan dan aktivitas ekonomi (seperti dampak pariwisata atau dampak perubahan mata pencaharian masyarakat)?
- Bagaimana hubungan antara ketimpangan dan kondisi lingkungan (seperti degradasi lingkungan atau tingkat konservasi)?
- Bagaimana hubungan antara ketimpangan dan tata kelola KKP (seperti partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan/atau pemantauan kondisi KKP; aspek-aspek rencana pengelolaan maupun pelaksanaannya; serta pemantauan, evaluasi, dan pembelajaran dalam pengelolaan KKP)?
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik mengenai pengaruh ketimpangan terhadap hasil biologis maupun sosial di KKP, serta bagaimana menggabungkan asesmen dan indikator ketimpangan ke dalam kebijakan-kebijakan KKP di setiap tingkat tata kelola di Indonesia.
Mengembangkan seperangkat alat untuk mengarusutamakan aspek ketimpangan ke dalam rancangan, pelaksanaan, serta pengelolaan KKP.
Seperangkat alat ini akan digunakan dalam kegiatan-kegiatan pelatihan dan peningkatan kapasitas badan-badan yang bertanggung jawab atas KKP di Indonesia Indonesia pada fase proyek selanjutnya. Alat-alat ini akan memuat rekomendasi dan temuan penelitian dengan sasaran para pembuat kebijakan dan praktisi yang bertugas merancang dan mengelola KKP.
Kami mengembangkan kerangka kerja menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kami menggunakan data sekunder untuk analisis di tingkat makro, yang tingkat analisisnya akan ditentukan oleh ketersediaan data.
Untuk analisis di tingkat mikro, kami menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan studi kasus di tiga desa yang masing-masing berlokasi di
- Laut Sawu di Nusa Tenggara,
- Nusa Penida di Bali, dan
- Minahasa Utara di Sulawesi Utara.
Desa sampel dipilih untuk mewakili karakteristik umum masyarakat di setiap KKP, dan ditentukan berdasarkan konsultasi awal dengan pemangku kepentingan setempat. Kami mewawancarai badan administratif dan pemangku kepentingan terkait lainnya di setiap lokasi di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa. Kami juga melakukan satu FGD dengan badan administratif dan pemangku kepentingan terkait di tingkat kabupaten atau kecamatan. Kami mengumpulkan data di setiap desa melalui wawancara mendalam dengan kepala desa formal dan informal dan rumah tangga terpilih, FGD dengan kepala desa dan masyarakat relatif miskin yang terdiri dari laki-laki dewasa, perempuan dewasa, laki-laki dan perempuan muda, serta pengamatan langsung terhadap kondisi setempat.