Our Expertise

Salam jumpa dengan edisi pertama 'buletin' bulanan SMERU. Mengapa 'buletin'? Karena kami percaya bahwa informasi yang tersebar dan didiskusikan seluas mungkin merupakan bagian utama dalam rangka menciptakan kondisi-kondisi sosial untuk menanggulangi krisis sosial.

Sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, kemampuan penduduk Indonesia untuk memenuhi berbagai kebutuhan mendasar - seperti halnya makanan, pakaian, dan perumahan - semakin meragukan. Dalam edisi SMERU yang ke dua ini, beberapa artikel dengan topik utama seputar masalah tersebut masih terus dibahas.

Banyak indikasi menunjukkan bahwa krisis ekonomi di Indonesia, terutama di sektor formal, belum akan segera berakhir. Setela h mengalami kemerosotan pertumbuhan sekitar 14% pada tahun 1998, perekonomian Indonesia pada tahun 1999 ini diprediksikan akan mengalami stagnasi atau kemerosotan pertumbuhan sekitar 3%.

Sebagai bagian dari strategi Jaring Pengaman Sosial yang selama ini dicanangkan pemerintah untuk membantu masyarakat terkena dampak krisis paling parah, banyak program yang kemudian dibentuk, salah satunya adalah dengan membuka lapangan kerja sementara. Program inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Padat Karya.

Pengumpulan data di tingkat nasional atas mekanisme terjadinya distorsi harga masih sangat jarang dan hanya dapat diidentifikasikan di lapangan, sehingga menyulitkan pemantauan. Terlebih lagi, pemerintah daerah tidak memiliki sumber penerimaan yang cukup besar, mereka mudah terbujuk untuk melakukan perubahan tarif dan bea atas perdagangan, walaupun dampaknya menghambat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.