Our Expertise
Paruh pertama tahun 2002 telah kita lewati. Kita telah menghadapi berbagai persoalan sosial, ekonomi, hukum, dan politik yang nyaris menguras energi. Namun, sebagai bangsa, kita masih dituntut untuk menyelesaikan persoalan yang tidak kalah pentingnya, masalah kemiskinan. Bulletin SMERU edisi ini sengaja mengangkat topik kemiskinan sebagai isu penting yang tidak boleh dijadikan sebagai agenda nasional prioritas kedua.
Memasuki era kebebasan berorganisasi bagi pekerja, masalah hubungan industrial menjadi bahan perdebatan seru, khususnya ketika RUU Ketenagakerjaan yang baru (RUU PPK dan RUU PPHI) akan disahkan. Kami mengangkat salah satu aspek ketenagakerjaan ini sebagai topik Bulletin SMERU.
Bukan rahasia bahwa melakukan pendaftaran tanah di Indonesia sangat sulit. Prosesnya lama dan biayanya mahal. Akibatnya, hingga 1992 baru 12 juta bidang tanah terdaftar (22% dari jumlah bidang tanah saat itu). Hal ini bukan sesuatu yang unik Indonesia, karena juga banyak terjadi di negara berkembang lainnya sebagaimana dilaporkan oleh Hernando de Soto dalam buku terbarunya “The Mystery of Capital".
Banyak orang mengingat atau mengaitkan suatu masa dengan harga beras pada saat itu, apalagi bila harga beras melambung tinggi. Kenang seorang istri pekerja pabrik: "Waktu itu gaji sebulan suami hanya cukup untuk membeli 25 kg beras. Bagaimana bisa hidup?"
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah investasi yang sangat penting bagi suatu bangsa. Salah satu caranya adalah dengan memberikan anak-anak kita pendidikan dan kesejahteraan yang memadai. Ini tidak mudah dan tidak murah! Berbagai upaya telah dilakukan agar modal bangsa kita tidak terbuang percuma, tetapi masih banyak hambatan harus diterjang dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Daftar tugas kita masih panjang.

